Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Sabtu, 10 Oktober 2020

Syakir NF

Hadiah Ulang Tahun




Dia hampir tidak pernah memberikan hadiah ulang tahun kepada siapapun. Hatta ke orang tua ataupun adik-adiknya sendiri. Paling banter, ya ucapan selamat dan harapan untuk terwujudnya citanya.


Kali ini entah dorongan dari mana, dia memberikan sebuah hadiah kepada seseorang di sana dalam rangka ulang tahun. Ia tidak menyerahkannya langsung. Pandemi mengurangi intensitas temu.


Hadiahnya mungkin terbilang biasa. Tapi, bagi dia yang sebulan bergaji Rp 2 juta, barang seharga hampir menyentuh seperempat gajinya tentu saja bukan barang murah.


Namun, jika kita pakai ukuran lain, yaitu kebermanfaatannya, harga segitu bukanlah apa-apa. Sama sekali tak ada bandingannya. Makanya, dengan pertimbangan beragam hal, keteguhan hati, dan keyakinan spiritual, dia memberanikan diri untuk membe(l/r)ikan hadiah itu.


Dia meyakini, bahwa setelah berbagi, saat itu juga atau setelahnya, pasti rezeki akan muncul lagi.


Ia tahu dara itu senang, hobi, dan berharap cita-citanya menjadi seniman dapat terwujud. Gambar-gambarnya sungguh sangat ciamik.


Jika pembaca pernah membaca atau melihat komik, itulah gambar-gambar yang dibuatnya. Orang-orang menyebutnya anime. Dengan tangannya, sebuah adegan kartun bisa digambarkan dengan detail dan paduan warna yang asik.


Suatu ketika, tetangga kosan memainkan sesuatu di samping laptopnya. Ia tanya kepadanya, "Apa itu?"


"Pentablet," katanya.


Ia pun menjelaskan kegunaan alat tersebut, seperti membuat gambar, tanda tangan, ataupun lainnya.


Orang yang masih menjomblo itu pun mengambil gambar alat tersebut menggunakan ponsel pribadi. Lalu, ia kirimkan ke perempuan yang hobi menggambar itu.


"Never touch pentablet, that's my dreaming tools," katanya dibubuhi emoticon tangis.


Selama ini, katanya, ia menggambar melalui ponsel yang layarnya sudah retak-retak. Ia membeli pen untuk memudahkan kinerjanya saat itu. Tapi layar retak tentu saja menyulitkannya.


Ia merasa berdosa dengan membangkitkan harapannya itu. Seminggu kemudian, ia baru tahu ternyata dia berulang tahun.


Ia langsung berpikiran untuk memberikan hadiah itu. Tapi, di sisi lain, ia khawatir juga kalau-kalau bakal tersinggung karena dia masih punya keluarga yang secara finansial, tentu berkecukupan dengan itu.


Akhirnya, lelaki berkacamata minus lima itu memberanikan diri bertanya, apa ia bakal terima jika dihadiahkan satu pentablet yang diimpikannya itu.


Dia, sepertinya, kaget mendengar tawaran itu. Sebetulnya, pria kelahiran 1996 itu tidak menawarkan pada awalnya, hanya memberikan tangkapan layar satu paket pentablet siap dibayarkan dengan alamat dan nama dia tertera di situ.


Dia sempat gak percaya. Setelah lama tak menjawab, mahasiswa semester akhir itu langsung bayarkan dan kirim tangkapan layar terbaru dengan bubuhan keterangan, "Selamat berkarya."


Dua hari kemudian, paket itu sampai di rumahnya. Lalu, ia unboxing paketnya secara langsung di Instagramnya.


Alat itu adalah investasi. Sebagaimana ia membeli buku-buku untuk referensinya menulis, pentablet adalah modalnya dalam menggambar digital.

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »