Syakir NF
Selepas shalawatan di Perpustakaan Kiai Ayip Abbas, saya berbincang di salah satu sudut ruangan. Tetiba, saya melihat sebuah buku cukup tua berwarna oranye. Saya ambil buku tersebut dan langsung membuka halaman pertama setelah sampul. Di bagian bawah judul buku terdapat stempel bertuliskan berikut.
PRIVATE COLLECTION OF
Ahmad Syafiq
DEPARTEMENT OF
COMMUNITY NUTRITION
AND FAMILY RESOURCES
BOGOR AGRICULTURE
UNIVERSITY
No. …. Date: 11/8/90
Stempel itu tentu saja
menandai bahwa buku tersebut milik Kang Ahmad Syafiq, yang tak lain adalah
keponakan Kiai Ayip. Beliau saat ini merupakan Kepala Abdurrahman Wahid Center for
Peace and Humanities Universitas Indonesia, pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Saya tak mengerti, kapan buku tersebut berada di perpustakaan pribadi Kiai Ayip. Ada berbagai kemungkinan mengenai keberadaan buku itu di sana. Pertama, Kang Syafiq memang menghibahkan buku tersebut ke Kiai Ayip entah karena sedang membangun perpustakaan itu atau karena hal lain.
Kemungkinan kedua, buku tersebut dipinjam Kiai Ayip untuk menambah wawasan pengetahuannya. Keluasan pandangan dan kebijaksanaan dalam bersikap dari beliau tidak lain karena kegemarannya dalam membaca. Ribuan buku yang berjajar di perpustakaannya tidak lain karena kesukaannya tersebut.
Jika kemungkinan kedua itu betul, maka memang Kiai Ayip enggan dianggap ‘gila’ oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Sebab, sebagaimana kita ketahui bersama, dalam kata pengantarnya pada buku Mati Ketawa Cara Rusia (1982), Gus Dur mencatat sebuah adagium sebagai kalimat penutupnya, “Orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh, tetapi mengembalikan buku pinjaman adalah perbuatan orang gila”.
Untuk tidak dianggap ‘gila’ oleh karib ayahnya itu (baca: Gus Dur), Kiai Ayip enggan mengembalikan buku yang ia pinjam dari keponakannya tersebut.
Untuk Kiai Ayip,
Al-Fatihah
Wallahu a’lam