Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Jumat, 01 Januari 2021

Syakir NF

Resolusi 2021



Dekade kedua di abad milenium telah sampai di ujung. Kurang dari 24 jam lagi, dunia memasuki 2021. Banyak harapan yang tersimpan di hati dan pikiran. Tak sedikit cita yang membayang di hadapan mata.


Kairo, kota yang mestinya sudah menjadi bagian perjalanan di usia ke-24, memang belum ditakdirkan termaktub dalam tarikh hidup. Tentu, 2021 membuka harapan ini lekas terwujud.


Tesis yang mestinya rampung di 2020, 2021 harus menuntaskannya, setuntas-tuntasnya. Tak lagi ada kata 'tunda' untuk hal ini mengingat perjalanan studi harus terus berlanjut.


Jika memungkinkan, tahun yang sama juga mengantarkan ke pintu program doktoral. Eropa, khususnya Belanda, jadi tujuan utama. Rencana kedua, ketiga, keempat, kelima, hingga keseratus pun sudah disiapkan.


Tapi, kenapa Belanda? Negeri itu mengemasi warisan kebudayaan sepulang dari Bumi Pertiwi. Negeri Kincir Angin membuka tabir tentang kedirian.


Usia seperempat abad di tahun depan sudah harus beberapa langkah lebih depan. Dalam hal tulis-menulis, misalnya, yang menjadi kegiatan saban hari, tidak hanya warta dan resensi di media daring, tetapi jurnal dan opini di media cetak harus lebih banyak digarap. Pun buku-buku yang sudah direncanakan mesti disiapkan untuk naik cetak.


Soal organisasi, kaderisasi di Ansor mestinya sudah di tingkat Pelatihan Kader Lanjut (PKL). Syukur, bisa sampai juga di Pelatihan Kader Nasional (PKN). Sebab, masa khidmat di PP IPNU mendekati purna. Ansor sebagai jenjang berikutnya harus sudah disiapkan sejak dini.


Selain itu, jam 'ngacapara' juga mesti bertambah. Tentu harus dibatasi pada bidang yang memang ditekuni. Di luar itu, jangan coba-coba ngomong.


Selanjutnya, ruang-ruang konferensi juga harus lebih banyak dimasuki. Meskipun dalam hal ini tidak berharap banyak mengingat pandemi sepertinya masih belum berdamai dengan penduduk bumi.


Sebagai persiapan menuju ke sana, kemampuan berbahasa juga harus terus diasah, khususnya Inggris dan Arab, dua bahasa internasional yang mendasar bagi pengkaji Islam dan kebudayaan.


Hal lain yang harus dicapai adalah memperbanyak membuka kitab, tidak hanya buku. Kitab adalah rumah yang menjadi pelindung di tengah hujan, badai, atau terik mentari. Ia juga jadi tempat kembali segala dari diri. Sebab, selama merantau, barisan aksara Arab sudah amat sangat jarang sekali disentuh mata.


Jumlah buku dan kitab yang dirampungkan juga mestinya lebih banyak. Jika di tahun 2020 hanya sempat belasan buku barangkali, tahun 2021 harus bisa dua kali lipatnya, 30-an. Setidaknya, 25 buku dan kitab harus rampung dibaca dari awal sampai akhir.


Asmara juga tak ketinggalan. Memang, tak ada niatan melepas masa lajang di tahun 2021 dalam usia Nabi menyandang status sebagai suami dari Ummul Mu'minin Sayidah Khadijah. Namun, asmara yang tengah tumbuh akan terus diupayakan mengakar ke bawah dan menjulang ke atas.


Optimis semua hal itu tercapai. Bekal semangat kegagalan masa lalu sangat cukup untuk sampai di deretan garis finis itu. Yakin seyakin-yakinnya dengan kekuatan Allah swt. Bukan dengan kekuatan seorang hamba yang sama sekali tak punya daya upaya.


"Aku di posisi prasangka hamba-Ku"

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »