Rasanya seperti masih mimpi sudah kembali ke negeri
sendiri. Chicago sudah selayaknya rumah, tempat kami pulang dan istirah dari kunjungan
dan kuliah.
Putaran jarum jam demikian cepatnya. Dua bulan berlalu
begitu saja.
Segala sesuatu di Chicago terasa masih hangat di
kening. Sebab segalanya pantas untuk dikenang. Mulai tempat-tempat yang ramai
hingga paling hening, juga orang-orang yang demikian membuat senang.
Ah. Memang setiap tatap mata selalu berujung saling
punggung. Namun yakinlah, jantung kita berdetak di atas satu panggung.
Betapa tidak, senandung malam itu terngiang sepanjang
masa.
Hai Kiai Timothy yang telah mengajari kami dengan sungguh-sungguh
Pun pada Kiai Mahan dan Ustadzah Romana, kami berterima kasih sepenuh-penuh
Nazhah, Caya, dan Bek sudah seakan sahabat
Dan AIC dalam pandangan kami selayaknya kerabat dekat