Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Senin, 14 September 2020

Syakir NF

Lagi Mbuh


Saya kerap kali merasakan hal yang entah. Maksudnya gimana? Ya saya sendiri juga gak paham kenapa. Yang pasti, saya malas melakukan apa-apa. Mungkin, perasaan demikian semacam galau, resah, gelisah, gundah, tetapi tanpa sebab mengingat kedatangannya tiba-tiba, sekonyong-konyong.

 

Saya menyebut peristiwa ini dengan satu frasa, Lagi Mbuh. Lagi berarti sedang dan mbuh bermakna entah. Suatu suasana hati yang tengah dirundung ketidakjelasan karena tak tahu mau melakukan apa.

 

Jika sudah demikian, saya dapat dipastikan mengabaikan pesan-pesan yang masuk. Sekalipun jawab, pasti bakal respons pendek saja. Pun pekerjaan pasti saya tinggalkan dan dibiarkan menumpuk. Sebab, dalam kondisi seperti ini, saya enggan diganggu.

 

Satu yang paling kerap kali saya lakukan saat kejadian yang selalu datangnya secara tiba-tiba itu adalah memutar lagu-lagu sendu, tak terkecuali ayat-ayat suci yang dilantunkan dengan nagham nahawand atau jiharkah. Suara-suara itu dapat membawa saya semakin hanyut ke dalam perasaan yang entah itu. Dengan begitu, saya merasa terpuaskan.

 

Kejadian demikian berulang kali menimpa saya. Saya juga tidak paham kenapa bisa demikian. Apakah itu bagian dari dampak kejomloan? Tetapi apa jomlo merasakan hal yang sama? Saya tidak paham juga.

 

Yang pasti, Lagi Mbuh membuat saya merenung dan reflektif. Lagu-lagu yang saya putar juga bisa lebih meresap ke sanubari. Dirasakan betul. Bila perlu, saya putar sekencang-kencangnya tuh lagu. Tentu dengan menggunakan headset agar tidak mengganggu orang lain.

 

Solusi Warganet

 

Ketika saya menulis status meminta saran warganet perihal apa yang mesti dilakukan ketika dalam kondisi tersebut, dua di antaranya berkomenta, “Ya Mbuh.” Artinya, mereka tidak tahu. Saya kok curiga, jawaban demikian apakah betul karena dia tidak mempunyai solusi, atau hanya ingin memperkeruh keembuhan saya. Yang pasti, mereka enggan memberikan saran terbaiknya. Itu saja. Tapi, bisa jadi jawaban tersebut juga dimaksudkan untuk bercanda. Hal terakhir ini yang saya yakini maksud dari rekan-rekan yang menjawab demikian.

 

Ada juga menyarankan untuk berjalan-jalan sendiri keluar, membeli sesuatu. “Anggap saja me time,” katanya. Maksudnya, kegiatan tersebut bisa disikapi dengan menghabiskan waktu sendirian. Terkadang, jalan ini dapat mengembalikan perasaan semula, setidaknya menghapus keembuhan yang tetiba bersarang.

 

Selain itu, ada lagi yang menyumbang saran untuk makan nasi goreng plus ketoprak sekaligus. Entah ini lebih absrud lagi menurut saya. Pertama, saya baru saja makan, meskipun dia tidak mengetahui hal ini. Kedua, sarannya disertai emoticon menjulurkan lidahnya, melet. Dua fakta itu mengarah pada ledekan yang bisa jadi maksudnya sama seperti komentar pertama di atas, bercanda.

 

Yang lebih aneh, status yang menunjukkan adanya kehampaan di diri penulisnya dikomentari dengan permintaan lagi. Parahnya, ia bukan sekadar minta sesuatu yang biasa, tetapi extraordinary. Soal apa, sudah bisa ditebak sendiri. Saya tidak akan menuliskannya. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuannya soal mbuh.


Ala kulli hal, saya bersyukur dianugerahi peristiwa lagi mbuh. Sebab, saya teringat ungkapan Syahrukhan yang dikutip Boy William dalam suatu vlognya, bahwa ketika kita cemburu, itu menandakan masih ada cinta di hati kita. Jika demikian dikontekskan dengan lagi mbuh, pastinya akan muncul suatu premis, lagi mbuh menandakan masih ada perasaan dalam diri kita. Bayangkan jika kita tidak punya sama sekali perasaan, akan jadi manusia macam apa.

 

Syakir NF

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar