Saya kerap kali merasakan hal yang entah. Maksudnya gimana? Ya saya
sendiri juga gak paham kenapa. Yang pasti, saya malas melakukan apa-apa. Mungkin,
perasaan demikian semacam galau, resah, gelisah, gundah, tetapi tanpa sebab
mengingat kedatangannya tiba-tiba, sekonyong-konyong.
Saya menyebut peristiwa ini dengan satu frasa, Lagi Mbuh. Lagi
berarti sedang dan mbuh bermakna entah. Suatu suasana hati yang tengah
dirundung ketidakjelasan karena tak tahu mau melakukan apa.
Jika sudah demikian, saya dapat dipastikan mengabaikan pesan-pesan
yang masuk. Sekalipun jawab, pasti bakal respons pendek saja. Pun pekerjaan
pasti saya tinggalkan dan dibiarkan menumpuk. Sebab, dalam kondisi seperti ini,
saya enggan diganggu.
Satu yang paling kerap kali saya lakukan saat kejadian yang selalu
datangnya secara tiba-tiba itu adalah memutar lagu-lagu sendu, tak terkecuali
ayat-ayat suci yang dilantunkan dengan nagham nahawand atau jiharkah. Suara-suara
itu dapat membawa saya semakin hanyut ke dalam perasaan yang entah itu. Dengan begitu,
saya merasa terpuaskan.
Kejadian demikian berulang kali menimpa saya. Saya juga tidak paham
kenapa bisa demikian. Apakah itu bagian dari dampak kejomloan? Tetapi apa jomlo
merasakan hal yang sama? Saya tidak paham juga.
Yang pasti, Lagi Mbuh membuat saya merenung dan reflektif. Lagu-lagu
yang saya putar juga bisa lebih meresap ke sanubari. Dirasakan betul. Bila perlu,
saya putar sekencang-kencangnya tuh lagu. Tentu dengan menggunakan headset agar
tidak mengganggu orang lain.
Solusi Warganet
Ketika saya menulis status meminta saran warganet perihal apa yang
mesti dilakukan ketika dalam kondisi tersebut, dua di antaranya berkomenta, “Ya
Mbuh.” Artinya, mereka tidak tahu. Saya kok curiga, jawaban demikian
apakah betul karena dia tidak mempunyai solusi, atau hanya ingin memperkeruh
keembuhan saya. Yang pasti, mereka enggan memberikan saran terbaiknya. Itu saja.
Tapi, bisa jadi jawaban tersebut juga dimaksudkan untuk bercanda. Hal terakhir
ini yang saya yakini maksud dari rekan-rekan yang menjawab demikian.
Ada juga menyarankan untuk berjalan-jalan sendiri keluar, membeli
sesuatu. “Anggap saja me time,” katanya. Maksudnya, kegiatan tersebut bisa
disikapi dengan menghabiskan waktu sendirian. Terkadang, jalan ini dapat
mengembalikan perasaan semula, setidaknya menghapus keembuhan yang tetiba
bersarang.
Selain itu, ada lagi yang menyumbang saran untuk makan nasi goreng
plus ketoprak sekaligus. Entah ini lebih absrud lagi menurut saya. Pertama,
saya baru saja makan, meskipun dia tidak mengetahui hal ini. Kedua, sarannya
disertai emoticon menjulurkan lidahnya, melet. Dua fakta itu mengarah pada
ledekan yang bisa jadi maksudnya sama seperti komentar pertama di atas,
bercanda.
Yang lebih aneh, status yang menunjukkan adanya kehampaan di diri penulisnya dikomentari dengan permintaan lagi. Parahnya, ia bukan sekadar minta sesuatu yang biasa, tetapi extraordinary. Soal apa, sudah bisa ditebak sendiri. Saya tidak akan menuliskannya. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidaktahuannya soal mbuh.
‘Ala kulli hal, saya bersyukur dianugerahi peristiwa lagi
mbuh. Sebab, saya teringat ungkapan Syahrukhan yang dikutip Boy William
dalam suatu vlognya, bahwa ketika kita cemburu, itu menandakan masih ada cinta
di hati kita. Jika demikian dikontekskan dengan lagi mbuh, pastinya akan
muncul suatu premis, lagi mbuh menandakan masih ada perasaan dalam diri
kita. Bayangkan jika kita tidak punya sama sekali perasaan, akan jadi manusia
macam apa.
Syakir NF
1 komentar:
Write komentarMantap
Reply