Liburan, orang-orang berkunjung ke tempat
wisata. Ada pula yang melihat-lihat pameran. Apalah daya saya seorang
penganggur sekaligus bagian dari jomblowers yang hanya mampu ziarah kenangan.
Islam in Modern History merupakan salah satu karya Wilfred. Putra
Cantwell dan Smith ini mengupas Islam secara khusus di Arab, Turki, India, dan
Pakistan. Ia menulis tentang krisis Islam di Arab dengan kebanggaan bangsanya
akan kehormatan dan kesensitivannya. Tentang Turki, ia membahas reformasi
Islam. Pakistan dibahas mengenai kenegaraannya. Adapun India dibahas tentang
kekusutan Islam di sana.
Indonesia juga tak lepas dari pembahasannya
dalam buku ini. Intelektual kelahiran Toronto, Kanada itu mengupas nasionalisme
dan Islam. Tetapi ia tak membahasnya secara mendalam seperti keempat negara di
atas. Tentu saja NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dan akhirat
disebut olehnya dalam buku tersebut.
Entah kenapa Wilfred tidak membahas Indonesia
secara mendalam. Padahal, negara Zamrud Khatulistiwa itu memiliki penduduk
dengan jumlah Muslim terbesar di dunia. Hubungan nasionalisme dan Islam juga
menjadi hal unik di negara ini. Tentu berbeda dengan negara-negara lainnya,
hatta Timur Tengah sendiri.
Pendiri institut studi Islam di Universitas Mc
Gill, Kanada, itu juga sedikit memberi keterangan tentang Islam di belahan
negara lain, seperti Soviet, Tiongkok, dan lainnya.
Perubahan demi perubahan mengenai perkembangan
Islam terus terjadi di berbagai belahan dunia. Namun, hal itu tentu tak bisa
lepas dari sejarah yang pernah ada. Uighur di Tiongkok, misalnya, yang beberapa
waktu lalu sempat diisukan bergolak. Belum lagi, permasalahan yang melanda
Timur Tengah akibat adanya Musim Semi Arab, upaya demokratisasi negara-negara
yang sejak dulu berbentuk kerajaan itu.
Membaca Islam yang berada di negara-negara yang
di atas hari ini, perlu juga untuk lebih dulu mengetahui Islam di masa
pertengahan abad 20 itu seperti apa. Buku inilah yang sedikit membuka pintu
cakrawala di sana.
Wilfred sendiri merupakan akademisi yang cukup fenomenal. Ia
pernah menyatakan, bahwa Islam bukanlah lembaga. Hal tersebut bisa dilihat dari
kata "Islam" sendiri. Hal ini pernah saya dengar juga dari Cak Nun.
Kiai Leles, begitu KH Yahya Cholil Staquf menyebutnya, kelahiran Jombang itu
pernah menyatakan, bahwa ukhuwah Islamiyah bukanlah saudara sesama orang yang
beragama Islam, tetapi saudara sesama orang yang menyelamatkan,
mensejahterakan. Wallahu a'lam.
Bagi penganggur dan jomblowers, tak usah panik
jumpa hari liburan. Ziarahi saja kenangan. Di sana, mungkin kau 'kan jumpa masa
depan.
Peresensi Syakir NF, jomblowers yang suka
melihat kenangan
Identitas Buku
Penulis
: Wilfred Cantwell Smith
Penerbit : Princeton University Press
Tahun : 1961 Cet. Kedua
Tebal : 319 halaman