Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Sabtu, 12 Januari 2019

Syakir NF

Mengunjungi Kenangan Islam di Era Modern Abad 20


Liburan, orang-orang berkunjung ke tempat wisata. Ada pula yang melihat-lihat pameran. Apalah daya saya seorang penganggur sekaligus bagian dari jomblowers yang hanya mampu ziarah kenangan.

Islam in Modern History merupakan salah satu karya Wilfred. Putra Cantwell dan Smith ini mengupas Islam secara khusus di Arab, Turki, India, dan Pakistan. Ia menulis tentang krisis Islam di Arab dengan kebanggaan bangsanya akan kehormatan dan kesensitivannya. Tentang Turki, ia membahas reformasi Islam. Pakistan dibahas mengenai kenegaraannya. Adapun India dibahas tentang kekusutan Islam di sana.

Indonesia juga tak lepas dari pembahasannya dalam buku ini. Intelektual kelahiran Toronto, Kanada itu mengupas nasionalisme dan Islam. Tetapi ia tak membahasnya secara mendalam seperti keempat negara di atas. Tentu saja NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dan akhirat disebut olehnya dalam buku tersebut.

Entah kenapa Wilfred tidak membahas Indonesia secara mendalam. Padahal, negara Zamrud Khatulistiwa itu memiliki penduduk dengan jumlah Muslim terbesar di dunia. Hubungan nasionalisme dan Islam juga menjadi hal unik di negara ini. Tentu berbeda dengan negara-negara lainnya, hatta Timur Tengah sendiri.

Pendiri institut studi Islam di Universitas Mc Gill, Kanada, itu juga sedikit memberi keterangan tentang Islam di belahan negara lain, seperti Soviet, Tiongkok, dan lainnya.

Perubahan demi perubahan mengenai perkembangan Islam terus terjadi di berbagai belahan dunia. Namun, hal itu tentu tak bisa lepas dari sejarah yang pernah ada. Uighur di Tiongkok, misalnya, yang beberapa waktu lalu sempat diisukan bergolak. Belum lagi, permasalahan yang melanda Timur Tengah akibat adanya Musim Semi Arab, upaya demokratisasi negara-negara yang sejak dulu berbentuk kerajaan itu.

Membaca Islam yang berada di negara-negara yang di atas hari ini, perlu juga untuk lebih dulu mengetahui Islam di masa pertengahan abad 20 itu seperti apa. Buku inilah yang sedikit membuka pintu cakrawala di sana.

Wilfred sendiri merupakan akademisi yang cukup fenomenal. Ia pernah menyatakan, bahwa Islam bukanlah lembaga. Hal tersebut bisa dilihat dari kata "Islam" sendiri. Hal ini pernah saya dengar juga dari Cak Nun. Kiai Leles, begitu KH Yahya Cholil Staquf menyebutnya, kelahiran Jombang itu pernah menyatakan, bahwa ukhuwah Islamiyah bukanlah saudara sesama orang yang beragama Islam, tetapi saudara sesama orang yang menyelamatkan, mensejahterakan. Wallahu a'lam.

Bagi penganggur dan jomblowers, tak usah panik jumpa hari liburan. Ziarahi saja kenangan. Di sana, mungkin kau 'kan jumpa masa depan.

Peresensi Syakir NF, jomblowers yang suka melihat kenangan

Identitas Buku
Penulis   : Wilfred Cantwell Smith
Penerbit : Princeton University Press
Tahun    : 1961 Cet. Kedua
Tebal     : 319 halaman

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »