Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Sabtu, 12 Januari 2019

Syakir NF

Main ke Singapur? Gak Lengkap Kalau Gak Ziarah ke Habib Noh

Penulis bersama Rekan Ammar
Syakir NF
Mahasiswa Sekolah Pascasarnaja Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta

Gak lengkap rasanya kalau kita main ke Singapura terus gak foto di Taman Merlion. Betul. Tapi bagi kami Nahdliyin, lebih gak lengkap lagi kalau kita sampai di sana gak berziarah ke Habib Noh al-Habsyi.

Hanya berjarak 2 KM saja dari Merlion, kita bisa sampai di makam tokoh Islam Singapura itu. Saya bersama rekan saya Ammar pada Ahad (21/10/2018) berjalan kaki dari Merlion ke makam tersebut. Keluar patung singa itu ke jalan raya, kita tinggal ikuti saja arah jalan raya itu tanpa harus menyeberang dan sebagainya. Pokoknya lurus terus sampai ketemu Terminal Shenton Way. Nanti kita akan melewati jalan Esplanade, Fullerton, Collyer Quay, Raffles Quay, dan Shenton Way. Bagi kalian yang enggan menikmati luasnya trotoar Singapura, bisa saja naik bus sampai di terminal tersebut.

Nanti kalau sudah sampai terminal, dari pintu keluarnya kita ke arah kiri dan ikuti trotoar yang ada. Atau jika ragu, tanyalah ke orang sekitar letak makam Habib Noh. Mereka biasa menyebutnya Keramat Habib Noh atau bisa juga Tanya Masjid Haji Muhammad Saleh. Sebab, makamnya berada persis di atas masjid itu.

Lalu, siapakah Habib Noh al-Habsyi ini sehingga perlu banget kita ziarahi?

Saat saya ziarah, kebetulan langsung ditemani oleh juru kuncinya. Persis bakda shalat Magrib berjamaah, ia membuka pintu makamnya. Saya dan Ammar pun bersila di depan makam sembari melafalkan tahlil.

Kami tidak puas jika hanya berziarah. Ada informasi yang mesti kita dapatkan. Sebelum kami berziarah itu, kami sudah minta juru kunci, Haji Sofwan untuk sedikit kami tanya-tanya perihal sosok Habib Noh. Tapi yang ditanya itu enggan menjelaskan panjang kali lebar. Sebab, setelah saya tak berhenti bertanya, sementara waktu Isya sudah sebentar lagi tiba, ia langsung membuka lemari yang berada di ruang makam tersebut. Ia mengambil sebuah buku berjudul Lambang Terukir: dalam Mengisahkan Manaqib Habib Noh bin Muhammad Al-Habsyi yang Syahir dan langsung ia berikan kepada saya.

Haji Sofwan yang juga imam Masjid Haji Muhammad Salleh itu menyebut Habib Noh merupakan sosok yang wara’. Ia akrab dengan masyarakat di sana. Hal itu tecermin dari kegemarannya menonton wayang Cina, menyatu dengan warga.

Dalam buku tersebut, diceritakan bahwa Habib Noh lahir sekitar tahun 1788 di atas kapal saat tengah perjalanan dari Hadramaut ke Kedah (saat ini termasuk wilayah Malaysia). Hujan turun deras, petir menggelegar, maka sang ayah bernazar, jika kelak yang alhir laki-laki, maka ia akan menamainya Noh, sosok Nabi yang berhasil mengarungi banjir bandang yang melanda dunia saat itu.

Syekh Hasan al-Khatib menyebut bahwa sosok Habib Noh sangatlah alim. Tapi hal itu ia tutupi dengan kesederhanaannya. Makamnya saat ini merupakan tempat riyadhahnya. Pernah sekitar tahun 1970-an, makam itu hendak dibongkar guna pelebaran pelabuhan. Namun, alat beratnya tidak berfungsi saat itu. Kontraktor mendatangkan yang terbaru juga senasib dengan sebelumnya. Hingga pada akhirnya, mereka gak mau ambil risiko lebih berat lagi.

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »