Penulis bersama Rekan Ammar |
Syakir NF
Mahasiswa Sekolah Pascasarnaja Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta
Hanya berjarak 2 KM saja dari Merlion, kita bisa sampai di makam
tokoh Islam Singapura itu. Saya bersama rekan saya Ammar pada Ahad (21/10/2018)
berjalan kaki dari Merlion ke makam tersebut. Keluar patung singa itu ke jalan
raya, kita tinggal ikuti saja arah jalan raya itu tanpa harus menyeberang dan
sebagainya. Pokoknya lurus terus sampai ketemu Terminal Shenton Way. Nanti kita
akan melewati jalan Esplanade,
Fullerton, Collyer Quay, Raffles Quay, dan Shenton Way. Bagi kalian
yang enggan menikmati luasnya trotoar Singapura, bisa saja naik bus sampai di terminal
tersebut.
Nanti kalau sudah sampai terminal, dari pintu keluarnya kita ke
arah kiri dan ikuti trotoar yang ada. Atau jika ragu, tanyalah ke orang sekitar
letak makam Habib Noh. Mereka biasa menyebutnya Keramat Habib Noh atau bisa
juga Tanya Masjid Haji Muhammad Saleh. Sebab, makamnya berada persis di atas
masjid itu.
Lalu, siapakah Habib Noh al-Habsyi ini sehingga perlu banget kita
ziarahi?
Saat saya ziarah, kebetulan langsung ditemani oleh juru kuncinya. Persis
bakda shalat Magrib berjamaah, ia membuka pintu makamnya. Saya dan Ammar pun
bersila di depan makam sembari melafalkan tahlil.
Kami tidak puas jika hanya berziarah. Ada informasi yang mesti kita
dapatkan. Sebelum kami berziarah itu, kami sudah minta juru kunci, Haji Sofwan
untuk sedikit kami tanya-tanya perihal sosok Habib Noh. Tapi yang ditanya itu enggan
menjelaskan panjang kali lebar. Sebab, setelah saya tak berhenti bertanya,
sementara waktu Isya sudah sebentar lagi tiba, ia langsung membuka lemari yang
berada di ruang makam tersebut. Ia mengambil sebuah buku berjudul Lambang
Terukir: dalam Mengisahkan Manaqib Habib Noh bin Muhammad Al-Habsyi yang Syahir dan
langsung ia berikan kepada saya.
Haji Sofwan yang juga imam Masjid Haji Muhammad Salleh itu menyebut
Habib Noh merupakan sosok yang wara’. Ia akrab dengan masyarakat di sana. Hal itu
tecermin dari kegemarannya menonton wayang Cina, menyatu dengan warga.
Dalam buku tersebut, diceritakan bahwa Habib Noh lahir sekitar
tahun 1788 di atas kapal saat tengah perjalanan dari Hadramaut ke Kedah (saat
ini termasuk wilayah Malaysia). Hujan turun deras, petir menggelegar, maka sang
ayah bernazar, jika kelak yang alhir laki-laki, maka ia akan menamainya Noh,
sosok Nabi yang berhasil mengarungi banjir bandang yang melanda dunia saat itu.
Syekh Hasan al-Khatib menyebut bahwa sosok Habib Noh sangatlah
alim. Tapi hal itu ia tutupi dengan kesederhanaannya. Makamnya saat ini
merupakan tempat riyadhahnya. Pernah sekitar tahun 1970-an, makam itu hendak dibongkar guna pelebaran pelabuhan. Namun, alat beratnya tidak berfungsi saat itu. Kontraktor mendatangkan yang terbaru juga senasib dengan sebelumnya. Hingga pada akhirnya, mereka gak mau ambil risiko lebih berat lagi.