Sanusi Pane (Sumber : Enjang.com) |
Terlahir sebagai muslim, ia tak membatasinya sampai pada keislaman
saja. Sanusi sangat tertarik dengan Hinduisme yang akhirnya mendarahdaging
bahkan sampai mengalir melalui penanya, meskipun ia tetaplah muslim seperti
yang dikatakan oleh Jamal D. Rahman dalam suatu perkuliahannya. Ketertarikannya
itu diwujudkan dengan datang langsung ke negeri lahirnya agama tersebut, India.
Pada asalnya, puisi adalah sebuah struktur. Kata tak sepenuhnya
berarti sendiri, tetapi makna yang lahir itu akibat dari hubungannya dengan
unsur lain dalam sebuah struktur tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Siswantoro, bahwa sebuah struktur, katakanlah puisi, dikatakan memiliki makna
karena bagian-bagian internalnya memiliki sistem atau jaringan relasional.[1]
Kata dengan kata lain tidak bisa terlepas maknanya, saling berkaitan.
Penyair memberikan judul puisinya dengan hanya sebuat
kata, Mencari. Mengawali bait pertamanya pun dengan mencari.
Seolah penyair ini sedang dalam pencarian yang begitu pentingnya, hingga
menyebutkannya dua kali pada permulaan puisinya. Sebelum melangkah jauh ke
dalam puisinya, kita harus tahu makna leksikal dari kata tersebut terlebih
dahulu sebagai suatu titik tolak kita dalam pemaknaan puisi.
Mencari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berusaha
mendapatkan. Bila kita pahami lebih dalam, mencari
tergolong dalam verba transitif. Artinya, mencari tentu butuh objek, “Apa yang
dicari?”, “Apa yang ingin didapat dari usaha yang telah dibuat?”. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut muncul begitu saja dalam benak penulis saat baru membaca
bait pertama. Pengarang tidak memunculkan objek yang dicarinya setelah verba mencari
tersebut. Tetapi setelah membaca sampai bait terakhir, akhirnya objek tersebut
muncul juga, meskipun tersirat. Setelah ia bepergian ke mana-mana, ia merasa
bahagia tatkala ia sampai pada taman hati sendiri. Jadi objek dari kata mencari
di awal puisi adalah kebahagiaan. Aku dalam puisi tersebut mencari kebahagiaan
dengan bersusah payah sampai keliling-keliling ke luar negeri. Disebutkannya
dalam bait pertama,
Aku
mencari
Di
kebun India
Aku dalam puisi tersebut pergi ke India untuk mendapatkan
kebahagiaan yang ia cari.
Analisis
Sinonimi
Sinonimi merujuk pada penggunaan kata-kata yang maknanya kurang lebih sama
atau mirip. Di dalam puisi, sinonimi berfungsi memberi penekanan kepada makna
kata tertentu seperti yang dimaksud oleh si penyair.[2]
Wujud sinonimi dalam Mencari karya Sanusi Pane ini adalah pesiar,
berjalan, dan mengembara. Di sini terlihat Sanusi Pane memiliki
kekayaan diksi sehingga tidak perlu memunculkan kata yang sama, tetapi ia
justru menghadirkan kata yang berbeda dengan makna yang senada. Tentu maksud
dari hal ini adalah sebagai taukid atau penguatan makna.
(1) Aku
pesiar
Di kebun Yunani,
(2) Aku
berjalan
Di tanah Roma,
(3) Aku
mengembara
Di benua Barat
Ketiga kata yang dimiringkan tersebut sebenarnya memiliki makna leksikal
yang berbeda. Namun sesungguhnya penyair sedang bermain diksi dengan maksud
pemaknaan yang sama. Pemakaian diksi yang berlainan ini menunjukkan kebebasan
dalam berbahasa dan berpuisi. Pada asalnya, setiap kata pasti menunjukkan pada
hal yang khusus, tidak persis sama dengan kata lainnya. Hal ini ditegaskan
Parera (2003: 34) bahwa tidak terdapat dua kata yang maknanya memang merujuk
kepada ide atau referern yang sama persis.[3]
Dalam konteks tiga baris terakhir pada bait pertama ini, kata pesiar,
berjalan, dan mengembara memiliki kemiripan makna yang merujuk
pada referen kelana.
Bila dilihat dari fungsi puitisnya, ketiga kata ini saling menguatkan sehingga
lahir pemaknaan usaha yang dilakukan oleh si aku dengan berkelana dari
negeri satu ke negeri lain untuk mencari kebahagiaan ini telah benar-benar
maksimal.
Selain dilihat dari pemaknaan, sinonimi pada tiga kata di atas juga bisa
dilihat dari perspektif aliterasi. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan
di posisi awal konstruksi.[4]
Kata pesiar, berjalan, dan mengembara merupakan kata yang
memiliki huruf awal bilabial. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa ada
empat fonem yang tergolong bilabial, yakni p, b, m, dan w.
Dengan demikian, tiga kata di atas jelas memiliki hubungan relasional
sehingga tercipta makna yang sangat kuat dan terlebih dengan hadirnya estetika
pada tiga kata tersebut dengan kesamaan transkripsinya, yakni bilabial.
Sinonimi lain terdapat pada kata kubaca dan kuperiksa pada
bait kedua yang secara utuh hadir seperti di bawah ini.
(1) Segala
buku
Perpustakaan dunia
Sudah
kubaca
(2) Segala
filsafat
Sudah kuperiksa
Baca dan periksa
jelas berbeda maknanya secara leksikal. Tetapi keduanya ini menggunakan indra
yang sama, yakni mata. Artinya, dua kata tersebut memiliki kesamaan arti, yakni
telah melihat. Si aku telah melihat ke segala buku perpustakaan dunia dan segala filsafat untuk mencari kebahagiaan
yang sama seperti pemaknaan di atas.
Kubaca dan kuperiksa
juga memiliki kesamaan dalam bunyi akhirnya. Hal ini menimbulkan efek estetika
puitiknya lebih kuat. Dengan demikian dua kata tersebut memiliki hubungan
relasional yang saling menguatkan.
Aku dalam Mencari
Siapakah aku dalam puisi Mencari tersebut? Ini menjadi pertanyaan
besar bagi pembaca. Tidak mesti aku dalam puisi adalah si penyairnya, karena
bisa saja sang penyair mengaku pada peristiwa yang sebenarnya tidak
dialaminya sendiri. Oleh karena itu, sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut,
kita kenalan terlebih dahulu dengan penyairnya sebagai suatu titik tolak untuk
menjawabnya.
Lahir pada tahun 1905,
kakak dari Armijn Pane ini menempuh pendidikan di HIS, ELS, Kweekschool Jakarta
(1925), setahun di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta.[5]
Pada umur 24 tahun, ia ke India untuk belajar kebudayaan Hindu (1929-1930).
Selama di India, ia menulis sajak-sajak yang kemudian terkumpul dalam kumpulan
sajak Madah Kelana. Seperti yang ditegaskan Ajip Rosidi, bahwa kisah
pengalamannya (Sanusi Pane) selama mencari bahagia dan ketenangan batin dimuat
dalam kumpulan sajak Madah Kelana itu: sajak-sajak yang dimuat di
dalamnya banyak yang ditulis ketika ia melawat di India.[6]
Dari paragraf di atas,
kita sudah dapat menebak siapa sebenarnya di balik aku dalam Mencari
karya Sanusi Pane tersebut. Sebelum menjawab, kita perhatikan lagi apa yang
dinyatakan Ajip Rosidi selanjutnya berikut ini.
Sanusi Pane menganggap
dirinya sebgai seorang kelana yang berjalan ke mana-mana mencari kebahagiaan
dan kemudia sadar bahwa kebahagiaan itu didapatinya dalam hatinya sendiri.[7]
Dari pernyataan Ajip
Rosidi di atas, semakin jelas pula bahwa sesungguhnya aku dalam puisi Mencari
karya Sanusi Pane, tidak lain dan tidak bukan adalah si penyairnya sendiri,
Sanusi Panelah akunya.
Analisis Metafora
Sanusi Pane sangat
tertarik dengan ajaran Hindu hingga ia melawat ke negeri asalnya agama
tersebut, India. Di sana ia mencari kebahagiaan yang didambakannya.
Aku
mencari
Di kebun India
Kebun sebagai kata yang
bermakna sebidang tanah yang ditanami pohon musiman atau kopi, karet, teh dan
sebagainya mengindikasikan bahwa India saat itu memiliki perkebunan yang cukup
luas sehingga diambil diksi oleh Sanusi Pane. Tetapi sepengetahuan penulis,
India maju dengan pertaniannya. Sanusi Pane memilih diksi kebun karena
lebih luas maknanya.
Aku
pesiar
Di
kebun Yunani
Kata pesiar
konotasinya ke laut, karena penulis sering mendengar kata tersebut disandingkan
dengan kapal, kapal pesiar. Konon katanya, selain negeri ini terkenal
karena para filsufnya zaman dahulu, zaman Sanusi Pane menulis puisi Mencari,
Yunani terkenal hebat angkatan lautnya. Di sini terlihat kepiawaian Sanusi Pane
dalam mengolah kata dengan sangat ringkas tetapi menyimpan banyak makna.
Aku berjalan
Di tanah Roma
Roma merupakan suatu
wilayah yang sangat sulit ditaklukkan. Ia menelusuri jejak-jejak kehebatan Roma
dengan berjalan.
Aku mengembara
Di benua Barat
Karena lingkupnya bukan
lagi kota dan negara, Sanusi Pane menggunakan diksi mengembara sebagai cara
pencariannya.
Sanusi Pane seolah
menyatakan atau bercerita kepada para pembaca bahwa dia telah mengunjungi empat
tersebut di atas. Tetapi apa yang dicarinya ini belum dimunculkan oleh penyair.
Akhirnya
‘ku sampai
Ke
dalam taman
Hati
sendiri
Di
sana Bahagia
Sudah
lama
Menanti
daku
Pada intinya, Mencari adalah ungkapan rasa Sanusi Pane dalam
pencarian jati dirinya menuju kebahagiaan yang ia dambakan. Setelah ia
berkelana ke India, Yunani, Roma, dan Eropa ia tak menemukan kebahagiaannya.
Begitupun saat ia telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dunia
serta menganalisis pola pikirnya dengan filsafat. Ternyata, kebahagiaan itu
terletak di hatinya sendiri yang diimbuhi dengan kata taman sebagai
suatu metafora dari kebahagiaan itu. Taman dalam KBBI diartikan sebagai tempat
bersenang-senang atau tempat yang menyenangkan. Hal ini kemudian dipertegas
dengan bait terakhir yang memunculkan kata bahagia. Taman hati
sendiri juga memiliki berkonotasi kembali ke asal diri. Artinya, ia
menemukan kebahagiaannya itu bukan di negeri India, Yunani, Roma, benua barat,
ataupun di belahan dunia lain, tetapi di negerinya sendiri, Indonesia.
Muhammad Syakir Niamillah
Ciputat, 26 Juni 2015
Daftar Pustaka
K.S., Yudiono.Pengantar Sejarah
Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Siswantoro. Metode Penelitian
Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014.
Rosidi, Ajip. Ikhtisar
Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya. 2013.
[1]
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 20
[2] Siswantoro,
Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), hlm. 201
[3] Ibid
[5]
Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Grasindo,
2010), hlm. 84
[6]
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Jaya,
2013), hlm. 42
[7] Ibid