Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Sabtu, 27 Februari 2016

Syakir NF

Analisis Mencari Karya Sanusi Pane; Pencarian Jati Diri Seorang Sanusi Pane

Sanusi Pane
(Sumber : Enjang.com)
Terlahir sebagai muslim, ia tak membatasinya sampai pada keislaman saja. Sanusi sangat tertarik dengan Hinduisme yang akhirnya mendarahdaging bahkan sampai mengalir melalui penanya, meskipun ia tetaplah muslim seperti yang dikatakan oleh Jamal D. Rahman dalam suatu perkuliahannya. Ketertarikannya itu diwujudkan dengan datang langsung ke negeri lahirnya agama tersebut, India.

Pada asalnya, puisi adalah sebuah struktur. Kata tak sepenuhnya berarti sendiri, tetapi makna yang lahir itu akibat dari hubungannya dengan unsur lain dalam sebuah struktur tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Siswantoro, bahwa sebuah struktur, katakanlah puisi, dikatakan memiliki makna karena bagian-bagian internalnya memiliki sistem atau jaringan relasional.[1] Kata dengan kata lain tidak bisa terlepas maknanya, saling berkaitan.

Penyair memberikan judul puisinya dengan hanya sebuat kata, Mencari. Mengawali bait pertamanya pun dengan mencari. Seolah penyair ini sedang dalam pencarian yang begitu pentingnya, hingga menyebutkannya dua kali pada permulaan puisinya. Sebelum melangkah jauh ke dalam puisinya, kita harus tahu makna leksikal dari kata tersebut terlebih dahulu sebagai suatu titik tolak kita dalam pemaknaan puisi.

Mencari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berusaha mendapatkan. Bila kita pahami lebih dalam, mencari tergolong dalam verba transitif. Artinya, mencari tentu butuh objek, “Apa yang dicari?”, “Apa yang ingin didapat dari usaha yang telah dibuat?”. Pertanyaan- pertanyaan tersebut muncul begitu saja dalam benak penulis saat baru membaca bait pertama. Pengarang tidak memunculkan objek yang dicarinya setelah verba mencari tersebut. Tetapi setelah membaca sampai bait terakhir, akhirnya objek tersebut muncul juga, meskipun tersirat. Setelah ia bepergian ke mana-mana, ia merasa bahagia tatkala ia sampai pada taman hati sendiri. Jadi objek dari kata mencari di awal puisi adalah kebahagiaan. Aku dalam puisi tersebut mencari kebahagiaan dengan bersusah payah sampai keliling-keliling ke luar negeri. Disebutkannya dalam bait pertama,
Aku mencari
Di kebun India
Aku dalam puisi tersebut pergi ke India untuk mendapatkan kebahagiaan yang ia cari.

Analisis Sinonimi

Sinonimi merujuk pada penggunaan kata-kata yang maknanya kurang lebih sama atau mirip. Di dalam puisi, sinonimi berfungsi memberi penekanan kepada makna kata tertentu seperti yang dimaksud oleh si penyair.[2] Wujud sinonimi dalam Mencari karya Sanusi Pane ini adalah pesiar, berjalan, dan mengembara. Di sini terlihat Sanusi Pane memiliki kekayaan diksi sehingga tidak perlu memunculkan kata yang sama, tetapi ia justru menghadirkan kata yang berbeda dengan makna yang senada. Tentu maksud dari hal ini adalah sebagai taukid atau penguatan makna.

(1)   Aku pesiar
Di kebun Yunani,
(2)   Aku berjalan
Di tanah Roma,
(3)   Aku mengembara
Di benua Barat

Ketiga kata yang dimiringkan tersebut sebenarnya memiliki makna leksikal yang berbeda. Namun sesungguhnya penyair sedang bermain diksi dengan maksud pemaknaan yang sama. Pemakaian diksi yang berlainan ini menunjukkan kebebasan dalam berbahasa dan berpuisi. Pada asalnya, setiap kata pasti menunjukkan pada hal yang khusus, tidak persis sama dengan kata lainnya. Hal ini ditegaskan Parera (2003: 34) bahwa tidak terdapat dua kata yang maknanya memang merujuk kepada ide atau referern yang sama persis.[3]

Dalam konteks tiga baris terakhir pada bait pertama ini, kata pesiar, berjalan, dan mengembara memiliki kemiripan makna yang merujuk pada referen kelana. Bila dilihat dari fungsi puitisnya, ketiga kata ini saling menguatkan sehingga lahir pemaknaan usaha yang dilakukan oleh si aku dengan berkelana dari negeri satu ke negeri lain untuk mencari kebahagiaan ini telah benar-benar maksimal.

Selain dilihat dari pemaknaan, sinonimi pada tiga kata di atas juga bisa dilihat dari perspektif aliterasi. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan di posisi awal konstruksi.[4] Kata pesiar, berjalan, dan mengembara merupakan kata yang memiliki huruf awal bilabial. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa ada empat fonem yang tergolong bilabial, yakni p, b, m, dan w.

Dengan demikian, tiga kata di atas jelas memiliki hubungan relasional sehingga tercipta makna yang sangat kuat dan terlebih dengan hadirnya estetika pada tiga kata tersebut dengan kesamaan transkripsinya, yakni bilabial.

Sinonimi lain terdapat pada kata kubaca dan kuperiksa pada bait kedua yang secara utuh hadir seperti di bawah ini.
(1)   Segala buku
Perpustakaan dunia
Sudah kubaca
(2)   Segala filsafat
Sudah kuperiksa

Baca dan periksa jelas berbeda maknanya secara leksikal. Tetapi keduanya ini menggunakan indra yang sama, yakni mata. Artinya, dua kata tersebut memiliki kesamaan arti, yakni telah melihat. Si aku telah melihat ke segala buku perpustakaan dunia  dan segala filsafat untuk mencari kebahagiaan yang sama seperti pemaknaan di atas.

Kubaca dan kuperiksa juga memiliki kesamaan dalam bunyi akhirnya. Hal ini menimbulkan efek estetika puitiknya lebih kuat. Dengan demikian dua kata tersebut memiliki hubungan relasional yang saling menguatkan.

Aku dalam Mencari

Siapakah aku dalam puisi Mencari tersebut? Ini menjadi pertanyaan besar bagi pembaca. Tidak mesti aku dalam puisi adalah si penyairnya, karena bisa saja sang penyair mengaku pada peristiwa yang sebenarnya tidak dialaminya sendiri. Oleh karena itu, sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita kenalan terlebih dahulu dengan penyairnya sebagai suatu titik tolak untuk menjawabnya.

Lahir pada tahun 1905, kakak dari Armijn Pane ini menempuh pendidikan di HIS, ELS, Kweekschool Jakarta (1925), setahun di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta.[5] Pada umur 24 tahun, ia ke India untuk belajar kebudayaan Hindu (1929-1930). Selama di India, ia menulis sajak-sajak yang kemudian terkumpul dalam kumpulan sajak Madah Kelana. Seperti yang ditegaskan Ajip Rosidi, bahwa kisah pengalamannya (Sanusi Pane) selama mencari bahagia dan ketenangan batin dimuat dalam kumpulan sajak Madah Kelana itu: sajak-sajak yang dimuat di dalamnya banyak yang ditulis ketika ia melawat di India.[6]

Dari paragraf di atas, kita sudah dapat menebak siapa sebenarnya di balik aku dalam Mencari karya Sanusi Pane tersebut. Sebelum menjawab, kita perhatikan lagi apa yang dinyatakan Ajip Rosidi selanjutnya berikut ini.

Sanusi Pane menganggap dirinya sebgai seorang kelana yang berjalan ke mana-mana mencari kebahagiaan dan kemudia sadar bahwa kebahagiaan itu didapatinya dalam hatinya sendiri.[7]

Dari pernyataan Ajip Rosidi di atas, semakin jelas pula bahwa sesungguhnya aku dalam puisi Mencari karya Sanusi Pane, tidak lain dan tidak bukan adalah si penyairnya sendiri, Sanusi Panelah akunya.

Analisis Metafora

Sanusi Pane sangat tertarik dengan ajaran Hindu hingga ia melawat ke negeri asalnya agama tersebut, India. Di sana ia mencari kebahagiaan yang didambakannya.
Aku mencari
Di kebun India

Kebun sebagai kata yang bermakna sebidang tanah yang ditanami pohon musiman atau kopi, karet, teh dan sebagainya mengindikasikan bahwa India saat itu memiliki perkebunan yang cukup luas sehingga diambil diksi oleh Sanusi Pane. Tetapi sepengetahuan penulis, India maju dengan pertaniannya. Sanusi Pane memilih diksi kebun karena lebih luas maknanya.

Aku pesiar
Di kebun Yunani
Kata pesiar konotasinya ke laut, karena penulis sering mendengar kata tersebut disandingkan dengan kapal, kapal pesiar. Konon katanya, selain negeri ini terkenal karena para filsufnya zaman dahulu, zaman Sanusi Pane menulis puisi Mencari, Yunani terkenal hebat angkatan lautnya. Di sini terlihat kepiawaian Sanusi Pane dalam mengolah kata dengan sangat ringkas tetapi menyimpan banyak makna.

Aku berjalan
Di tanah Roma
Roma merupakan suatu wilayah yang sangat sulit ditaklukkan. Ia menelusuri jejak-jejak kehebatan Roma dengan berjalan.

Aku mengembara
Di benua Barat
Karena lingkupnya bukan lagi kota dan negara, Sanusi Pane menggunakan diksi mengembara sebagai cara pencariannya.
Sanusi Pane seolah menyatakan atau bercerita kepada para pembaca bahwa dia telah mengunjungi empat tersebut di atas. Tetapi apa yang dicarinya ini belum dimunculkan oleh penyair.

Akhirnya ‘ku sampai
Ke dalam taman
Hati sendiri

Di sana Bahagia
Sudah lama
Menanti daku

Pada intinya, Mencari adalah ungkapan rasa Sanusi Pane dalam pencarian jati dirinya menuju kebahagiaan yang ia dambakan. Setelah ia berkelana ke India, Yunani, Roma, dan Eropa ia tak menemukan kebahagiaannya. Begitupun saat ia telah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dunia serta menganalisis pola pikirnya dengan filsafat. Ternyata, kebahagiaan itu terletak di hatinya sendiri yang diimbuhi dengan kata taman sebagai suatu metafora dari kebahagiaan itu. Taman dalam KBBI diartikan sebagai tempat bersenang-senang atau tempat yang menyenangkan. Hal ini kemudian dipertegas dengan bait terakhir yang memunculkan kata bahagia. Taman hati sendiri juga memiliki berkonotasi kembali ke asal diri. Artinya, ia menemukan kebahagiaannya itu bukan di negeri India, Yunani, Roma, benua barat, ataupun di belahan dunia lain, tetapi di negerinya sendiri, Indonesia.

Muhammad Syakir Niamillah
Ciputat, 26 Juni 2015

Daftar Pustaka
K.S., Yudiono.Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Siswantoro. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014.
Rosidi, Ajip. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Jaya. 2013.



[1] Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 20
[2] Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 201
[3] Ibid
[4] Ibid, hlm. 204
[5] Yudiono K.S., Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 84
[6] Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Jaya, 2013), hlm. 42
[7] Ibid

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »