Ilustrasi |
Hari itu, para kiai, santri, dan masyarakat Buntet Pesantren telah bersiap menerima kedatangan tamu agung dari Rembang, Kiai Ma’sum Lasem.
Tiba di Buntet Pesantren, Kiai Ma’shum langsung disambut dengan shalawat yang dilantunkan oleh KH Fuad Hasyim, KH Busyrol Karim, dan dua qari internasional dari Buntet Pesantren, yakni KH Fuad Zen dan KH Jawahir Dahlan.
Lantunan merdu shalawat dari kitab al-Barzanji itu diiringi dengan tabuhan genjring oleh keempat kiai tersebut. Suara genjring yang berasal dari Palembang seketika membius Mbah Ma’shum.
Saat itu pula, Mbah Ma’shum menangis sembari ngendika (berucap), “Mboten. Mboten haram. Mboten haram (Tidak. Tidak haram. Tidak haram).”
Kiai Ma’shum konon pernah mengharamkan genjring karena beberapa hal. Tetapi, begitu melihat tabuhan genjring di Buntet, beliau langsung menarik pernyataannya.
Selain Mbah Ma’shum, beberapa ulama lain yang pernah datang ke Buntet Pesantren juga disambut dengan tabuhan genjring, seperti Musniduddunya Syaikh Yasin al-Fadani dan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hadis, Malang, al-Habib Abdullah Bafaqih. (Syakirnf/Kendi Setiawan
NU Online