Some students of Pre-Toefl C Elfast, Pare. (Ngaropi Cafe, 8/3/16) |
Aku menyebutnya Leadership Game. Sebab jika hanya main
belaka tanpa mengerti hakikatnya, waktu kita akan sia-sia belaka.
Waktu mengalir begitu saja. Tak terasa sudah hampir sebulan kita
sua dalam satu majlis yang hari ini telah purna. Entah hasil kita seberapa,
yang penting usaha telah mengalir sepenuh jiwa. Katanya, hasil tak pernah
membohongi ikhtiar kita. Tawakkal tetap berlaku setelahnya.
Permainan ini seringkali dianggap miring oleh sebagian kalangan
karena menjadi alat orang-orang bertaruh uang. Aku tak menampiknya, bahwa
demikian itu tak dibenarkan dan pantas untuk dilarang sebab merugikan orang. Tetapi,
kita tahu bahwa pisau baik digunakan oleh juru masak dan 180 derajat berbeda
jika digunakan oleh pembunuh. Begitulah Aku memandang tumpukan kartu merah
hitam itu.
Meski aku paling sering kalah, setidaknya aku mengerti bahwa aku
belum layak menjadi pemimpin. Itulah yang aku dapat malam ini. Pun dalam setiap
kali pemilihan ketua dalam suatu organisasi, belum pernah sekalipun aku
terpilih, kecuali karena aklamasi.
Sebenarnya, dalam permainan ini kita telah berlatih menyusun strategi
untuk memenangkan diri. Bukan untuk mengalahkan orang lain. Bagiku, dua niat
ini berbeda meski jika sukses akan berefek sama. Mengapa? Karena memenangkan
diri tidak berusaha membuat orang lain menderita. Hanya bagaimana kita dapat
menjadi juara. Sebaliknya, niat kedua itu bukan menang sebagai tujuan utama. Meski
dia bukan pemenang pertama, tak masalah baginya, yang penting orang yang
ditujunya itu sengsara.
Tapi seringkali kita terbakar dendam. Maka tak ayal, ada mangsa
yang perlu diterkam. Mungkin aku adalah korban salah sasaran hingga mukaku
lebam. Aku pun geram. Tapi bukan dendam yang kutunjukkan, melainkan strategi
berbeda yang kulancarkan. Walau bukan pemenang pertama, setidaknya aku berada
di belakangnya tanpa berniat membuat yang lain sengsara dan menderita karena
kekalahannya.
Besok aku telah kembali ke pinggiran ibu kota. Menjalani rutinitas
seperti sedia kala. Duduk di bangku kuliah, menyimak teman-teman dan dosen
memberi petuah, berlatih drama untuk sebuah penampilan yang wah, berbagi opini
tentang isu terkini dan materi spesial dalam lingkar studi renyah, berkutat
dengan laptop dan buku untuk riset dan makalah, mencari pengalaman baru dalam
karya sastra dengan penuh gairah, menyelami bahasa untuk terus menelaah, dan
berkeliling ibu kota, bertamu kepada para ulama dan wali untuk
ziarah.
Tentu, permainan malam ini akan kujadikan bekal dalam menjalani
serangkaian kesoksibukanku di tanah rantau. Karena di sana begitu banyak
tanaman yang tumbuh hijau. Aku tidak sedang tidur dan mengigau. Tapi ini nyata
kehidupan yang penuh ranjau. Jika tak hati-hati maka kenalah kau (aku).
Senang kita bisa jumpa. Semoga dapat kembali sua.
Senang kita bisa jumpa. Semoga dapat kembali sua.
Muhammad Syakir Niamillah
The Victim of This Game
Pare, Rabu, 9 Maret 2016
Terima kasih saya haturkan kepada teman-teman Pre Toefl C Elfast Pare Kediri Periode 10 Februari - 10 Maret 2016, wa bil khusus Mr. Nouval, Mr. Yogi, Mr. Fian, Mrs. Ami, Mrs. Niki, Mrs. Dian, Mrs. Indri, Mrs. Vina, dan Mrs. Riza.