Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Kamis, 07 Mei 2015

Syakir NF

Pendidikan Keteladanan; Kedepankan Watak, Bukan Otak


Pelajar saat ini menjadi sorotan tajam masyarakat di Indonesia. Mengingat banyaknya kasus-kasus yang menjerat mereka yang katanya penerus bangsa ini. Mulai dari geng motor di berbagai daerah, pesta miras, dan yang seringkali muncul adalah skandal video seks yang diperankan pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Sungguh, ini sangat mencoreng wajah pendidikan Indonesia.

Belum lagi tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru. Berita terbaru dari Sidoarjo, karena membuat gaduh suasana kelas, siswa kelas VI SDN Sidoklumpuk itu dipukul punggungnya oleh Endang, wali kelas V. Pantas para pelajar saat ini menjadi bringas, mereka rupanya meniru perilaku gurunya yang juga tak kalah kerasnya. Berderetnya kasus-kasus pendidikan ini menimbulkan pertanyaan, siapakah yang sebenarnya salah? Guru atau siswa itu sendiri?

Sila Kedua dan Pepatah Islam
Kalau kita lihat sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Adab menempati tempat kedua setelah percaya akan adanya Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya adab dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Para pelajar yang berperilaku buruk ini diperparah dengan tingkat prestasi mereka yang amat sangat rendah. Jangankan prestasi, kehadiran mereka di kelas pun patut dipertanyakan. Umumnya, pelajar yang demikian lebih memilih untuk bebas dengan nongkrong di jalanan atau lebih memilih untuk bermain. Keinginan untuk bebas dari semua tuntutan adalah alasan mereka.

Dalam Islam sendiri ada sebuah pepatah yang menyatakan keunggulan adab, al adabu fauqo al ilmi, adab itu kedudukannya di atas ilmu. Betul kalau orang mengatakan ilmu itu sangat penting, namun kalau tidak berlandaskan adab, apa arti dari sebuah ilmu. Lihatlah para koruptor, sudah tahu korupsi itu dilarang tetap saja dilakukan. Ini menunjukkan kerendahan adab mereka dan mengakibatkan ilmunya tidak bermanfaat. Untuk apa punya ilmu kalau tidak diterapkan.

Pendidikan Keteladanan, Sebuah Solusi

Melihat sudah amat parahnya wajah pendidikan Indonesia, perlu pembenahan dan perawatan yang serius oleh semua kalangan, tidak saja pemerintah. Dana pendidikan yang memakan 20% APBN ini rupanya kurang digunakan dengan baik oleh pihak terkait. Pendidikan keteladanan rasanya harus diterapkan. Pendidikan itu tidak cukup hanya diajarkan, tetapi perlu praktik yang para peserta didik sendiri harus melihatnya secara langsung. Pendidikan keteladanan ini diawali oleh guru. Majunya pendidikan di Indonesia, diawali dengan majunya kualitas guru. Membaca berita tentang lelang kepala sekolah saja cukup memprihatinkan. Mengingat tidak semua kepala sekolah memiliki kecukupan apalagi kecakapan untuk dapat memimpin, mengatur, dan mengelola sebuah institusi pendidikan. Berita tersebut menunjukkan kualitas kepala sekolah yang kurang, belum lagi para gurunya.

Tidak semua peserta didik salah, mereka hanya perlu bimbingan yang serius. Namanya saja pendidikan, maka yang harus dikedepankan adalah perilaku atau watak, bukan otak. Prof Dr. Arif Rahman Hakim, M.Pd, duta pendidikan UNESCO dari Indonesia menyatakan dalam sebuah acara di televisi, bahwa “lebih penting unggul watak daripada otak”.

Muhammad Syakir Niamillah
Ciputat, 2014

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »