Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Senin, 29 Januari 2018

Syakir NF

Santri Buntet Bincang Pemberantasan Korupsi



Kasus korupsi tak kunjung berhenti. Uang rakyat diambil untuk kepentingan golongan dan pribadi. Padahal, mereka telah disumpah di bawah kitab suci.

Melihat hal tersebut, Forum Silaturahim Buntet Pesantren Cirebon (Forsila BPC) Jakarta Raya menggelar seminar nasional dengan tema Peran Santri Memberantas Korupsi di aula Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MA NU) Putra Buntet Pesantren Cirebon, Ahad (28/1).

Dalam sambutannya, Sekretaris Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH Aris Ni’matullah mengutip pernyataan Prof. Salim Said. Ia mengatakan bahwa mandegnya kemajuan Indonesia karena tidak ada yang ditakuti.

“Indonesia gak maju-maju karena gak ada yang ditakuti,” katanya. Sehingga, Allah saja tidak mereka takuti. Padahal mereka telah disumpah.

Sementara itu, Sekjen PBNU Helmi Faishal Zaini menyampaikan bahwa kekayaan empat orang kaya di Indonesia setara dengan seratus juta orang miskin. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ada Rp9.000 triliyun perputaran uang di Indonesia.

Sebanyak 85 persennya dikuasai oleh 35 orang saja. Sehingga, Helmi menekankan pentingnya berdaya dalam ekonomi. Ia mencontohkan beberapa pesantren yang sukses tidak hanya pada bidang pendidikan agama, tetapi juga pemberdayaan ekonomi.

Hal lain yang Helmi sampaikan adalah pentingnya dakwah dengan media sosial. Termasuk di dalamnya mengingatkan orang lain untuk meninggalkan budaya koruptif.

Sementara itu, Tokoh Muda Buntet Pesantren Muhammad Abdullah Syukri menyampaikan bahwa Indonesia itu hampir sama dengan negara lainnya. Di negara lain, ada juga lembaga negara yang bertugas memberantas korupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia. Ada satu hal, menurut pria yang akrab disapa Mas Dede itu, yang membedakan Indonesia dengan negara lainnya.

“Yang beda adalah mental kita,” kata alumnus Universitas Duisberg Essen Jerman itu.

Selain itu, hadir pula Sekretaris Umum Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PP Lakpesdam) KH Marzuki Wahid. Ia menyampaikan korupsi dari sudut pandang agama.

Jika menilik sejarah, korupsi sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Bahkan, Kiai Marzuki bercerita, bahwa sahabat yang korupsi dua dinar itu tidak perlu disholati oleh orang-orang baik. Kanjeng Nabi Muhammad saw. juga pada saat itu enggan menyolati orang tersebut.

“Itu sebagai hukuman moral dan spiritual,” katanya.

Sementara itu, Aktivis Antikorupsi Tsamara Amani menyampaikan bahwa jangan hanya benci terhadap pejabat yang mengenakan rompi oranye, tetapi masih mencontek saat ujian.

“Karena membentuk karakter koruptif ke depannya. Melawan korupsi itu harus dimulai dari diri sendiri,” jelasnya.
Tsamara menekankan kembali, bahwa melawan korupsi bisa dilakukan melalui media sosial. “Jangan Cuma PBNU yang mengeluarkan buku tentang korupsi, tetapi kita juga bisa dengan ngevlog bareng, santri Buntet melawan korupsi,” katanya.

“Inilah peran santri yang dibutuhkan,” sambungnya.

Seminar tersebut merupakan acara puncak dari rangkaian kegiatan Forsilanival. Sejak awal Januari, Forsila BPC Jakarta Raya telah menggelar berbagai macam lomba dan sosialisasi kampus yang berada di wilayah Jakarta kepada siswa kelas XII. (Syakir NF/Fathoni)

NU Online

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »