Sumber : Aljannah Wisata |
Setelah
menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Indonesia, Yudha Nugraha
bekerja sebagai peneliti. Setelah itu, ia terpilih sebagai mahasiswa doktoral
di Nara Institute of Science and Technology Jepang atas beasiswa dari
Kementerian Jepang bekerja sama dengan Universitas Indonesia.
Jepang
dipilih sebagai negara tujuan belajarnya karena kampus yang ia pilih sangat
kuat pada teknologi kesehatannya, khususnya pada bidang molekular.
“Pertama,
masalah teknologi kesehatan, terutama bidang molekular itu sangat kuat sekali,”
katanya pada Webinar via Youtube yang digelar PCI NU Turki, Senin (18/9).
Selain
itu Wakil Ketua PCI NU Jepang itu juga menyampaikan, bahwa Jepang adalah negara
yang paling aman dari kriminalitas. Pernah ia mengambil sejumlah uang cukup
besar di mall dan ada yang tertinggal. Ia pun kembali lagi ke tempat tersebut.
Barang yang ia tinggal itu ternyata masih utuh di tempat semula seperti tak
disentuh oleh siapapun.
“Ternyata
itu masih ada dan gak bergerak sama sekali,” ujarnya.
Kartu
identitasnya pun pernah kehilangan di kereta. Beberapa waktu kemudian, ada yang
mengantarkan ke tempat tinggalnya.
“Ada
seseorang yang mengirim,” katanya.
Di
samping itu, ia melihat Jepang sangat luar biasa. Hal tersebut disebabkan
karena Jepang berhasil menjadi negara tradisional dengan sistem monarki yang
mampu berbicara banyak pada dunia teknologi dengan tetap mempertahankan
ketradisionalannya.
“Negara
tradisional tapi bisa mempertemukan modernitas itu di sini (Jepang),”
ungkapnya.
Jepang
merupakan investor terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Ada
keuntungan tersendiri bagi mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang. Di
antaranya adalah mudahnya akses mendapat pekerjaan.
“Dapat
kelanjutan setelah lulusnya pekerjaan, terutama di swasta, itu sangat
dibutuhkan,” jelasnya.
Saat
ini Jepang sebagai negara yang memiliki PDB terbesar. Dampaknya dana riset itu
sangat melimpah. Yudha memberikan contoh cepatnya pemesanan bahan untuk riset.
“Sebagai
contoh, sore ini saya pesan (bahan
riset), besok pagi sudah datang, saking cepatnya,” ungkapnya.
Hierarki
profesor dan mahasiswa sangat tinggi. Istilah Jawanya masih ada unggah-ungguh.
Hal ini yang membedakan riset di Jepang dan Barat. Di Amerika, berbicara dengan
profesor itu sangat mudah, bisa kapan saja, menurutnya setelah
membanding-bandingkan. Hal ini menjadi salah satu kekurangan di Jepang.
“Jarak
itu (antara profesor dan mahasiswa) itu masih ada,” katanya.
Bahasa
Jepang juga menjadi tantangan sendiri bagi para calon mahasiswa di Negeri
Sakura itu. Hal ini mengingat Jepang memiliki tiga aksara, yakni Hiragana,
Katagana, dan Kanji yang hurufnya mungkin mencapai puluhan ribu.
Selain
tantangan, bahasa tersebut juga menjadi nilai tambah sendiri bagi mahasiswa. Nilai
tambahnya karena selain menambah pengetahuan, mengutip suatu ungkapan, Yudha
juga menjelaskan bahwa sebab mengetahui bahasa satu bangsa itu, bisa terlepas
dari tipu muslihat bangsa itu.
“Man
arofa lughota qoumin salima min makrihim. Jadi kalau misalkan kita tahu
bahasa suatu kaum, kita akan terlepas dari tipu daya muslihat suatu kaum itu,”
katanya mengutip suatu ungkapan.
Ada
beberapa beasiswa di Jepang. Paling favorit adalah beasiswa dari Ministry of
Exchange (MEX). MEX menyediakan kuota paling sedikit di antara beasiswa
lainnya. Beasiswa ini meliputi tiga wilayah sekaligus, yakni sarjana, magister,
dan doktoral.
Ada
dua program yang digelar MEX, yakni Government to Goverment. Program tersebut
merupakan kerja sama bilateral antara Jepang dan Indonesia misalnya. Ada pula
program University to University dengan rekomendasi khusus.
Yudha
sendiri mendapat beasiswa tersebut dari program University to University dengan
rekomendasi khusus dari Universitas Indonesia. Selama dua minggu, peserta akan
ujian di Jepang untuk masuk ke perguruan tinggi yang ia kehendaki.
LPDP, Beasiswa Unggulan Dikti untuk dosen tetap, Rispro untuk staf peneliti adalah beberapa beasiswa yang tersedia untuk studi ke Jepang. Ada juga
beberapa beasiswa dari kampusnya. Banyak juga dari perusahaan, seperti
Panasonic, Hitachi, Ajinomoto, dan lain-lain.
Karena
budaya timurnya sangat kuat, orang Jepang sangat membantu sehingga memudahkan
kita untuk studi di negara beribukota Tokyo tersebut.
Saat
ini banyak masjid tumbuh di beberapa wilayah Jepang. Hal ini karena tidak
adanya Islamophobia di Jepang. Mereka bahkan cenderung ingin tahu lebih banyak.
Mengenai
makanan, mudah bagi masyarakat muslim untuk menjumpai makanan halal. Untuk
lebih mudah, menurut Yudha, kita dapat memesan melalui toko Indonesia daring.
Ada beberapa yang orang Indonesia yang menyediakan makanan atau bumbu-bumbu dan
bahan makanan. Cita rasa pun tak jauh beda karena masih di wilayah Asia,
menurutnya.
Syakirnf