Our Feeds

Motto

Etik, Estetik, Puitik

Selamat Mengaji

Mengaji Sepanjang Hari

Kamis, 21 September 2017

Syakir NF

Wakil Ketua PCI NU Jepang Cerita Bagaimana Kuliah di Jepang

Sumber : Aljannah Wisata

Setelah menyelesaikan studi kedokterannya di Universitas Indonesia, Yudha Nugraha bekerja sebagai peneliti. Setelah itu, ia terpilih sebagai mahasiswa doktoral di Nara Institute of Science and Technology Jepang atas beasiswa dari Kementerian Jepang bekerja sama dengan Universitas Indonesia.

Jepang dipilih sebagai negara tujuan belajarnya karena kampus yang ia pilih sangat kuat pada teknologi kesehatannya, khususnya pada bidang molekular.

“Pertama, masalah teknologi kesehatan, terutama bidang molekular itu sangat kuat sekali,” katanya pada Webinar via Youtube yang digelar PCI NU Turki, Senin (18/9).

Selain itu Wakil Ketua PCI NU Jepang itu juga menyampaikan, bahwa Jepang adalah negara yang paling aman dari kriminalitas. Pernah ia mengambil sejumlah uang cukup besar di mall dan ada yang tertinggal. Ia pun kembali lagi ke tempat tersebut. Barang yang ia tinggal itu ternyata masih utuh di tempat semula seperti tak disentuh oleh siapapun.

“Ternyata itu masih ada dan gak bergerak sama sekali,” ujarnya.

Kartu identitasnya pun pernah kehilangan di kereta. Beberapa waktu kemudian, ada yang mengantarkan ke tempat tinggalnya.

“Ada seseorang yang mengirim,” katanya.

Di samping itu, ia melihat Jepang sangat luar biasa. Hal tersebut disebabkan karena Jepang berhasil menjadi negara tradisional dengan sistem monarki yang mampu berbicara banyak pada dunia teknologi dengan tetap mempertahankan ketradisionalannya.

“Negara tradisional tapi bisa mempertemukan modernitas itu di sini (Jepang),” ungkapnya.
Jepang merupakan investor terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Ada keuntungan tersendiri bagi mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang. Di antaranya adalah mudahnya akses mendapat pekerjaan.

“Dapat kelanjutan setelah lulusnya pekerjaan, terutama di swasta, itu sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Saat ini Jepang sebagai negara yang memiliki PDB terbesar. Dampaknya dana riset itu sangat melimpah. Yudha memberikan contoh cepatnya pemesanan bahan untuk riset.

“Sebagai contoh, sore ini  saya pesan (bahan riset), besok pagi sudah datang, saking cepatnya,” ungkapnya.

Hierarki profesor dan mahasiswa sangat tinggi. Istilah Jawanya masih ada unggah-ungguh. Hal ini yang membedakan riset di Jepang dan Barat. Di Amerika, berbicara dengan profesor itu sangat mudah, bisa kapan saja, menurutnya setelah membanding-bandingkan. Hal ini menjadi salah satu kekurangan di Jepang.

“Jarak itu (antara profesor dan mahasiswa) itu masih ada,” katanya.

Bahasa Jepang juga menjadi tantangan sendiri bagi para calon mahasiswa di Negeri Sakura itu. Hal ini mengingat Jepang memiliki tiga aksara, yakni Hiragana, Katagana, dan Kanji yang hurufnya mungkin mencapai puluhan ribu.

Selain tantangan, bahasa tersebut juga menjadi nilai tambah sendiri bagi mahasiswa. Nilai tambahnya karena selain menambah pengetahuan, mengutip suatu ungkapan, Yudha juga menjelaskan bahwa sebab mengetahui bahasa satu bangsa itu, bisa terlepas dari tipu muslihat bangsa itu.

“Man arofa lughota qoumin salima min makrihim. Jadi kalau misalkan kita tahu bahasa suatu kaum, kita akan terlepas dari tipu daya muslihat suatu kaum itu,” katanya mengutip suatu ungkapan.

Ada beberapa beasiswa di Jepang. Paling favorit adalah beasiswa dari Ministry of Exchange (MEX). MEX menyediakan kuota paling sedikit di antara beasiswa lainnya. Beasiswa ini meliputi tiga wilayah sekaligus, yakni sarjana, magister, dan doktoral.

Ada dua program yang digelar MEX, yakni Government to Goverment. Program tersebut merupakan kerja sama bilateral antara Jepang dan Indonesia misalnya. Ada pula program University to University dengan rekomendasi khusus.

Yudha sendiri mendapat beasiswa tersebut dari program University to University dengan rekomendasi khusus dari Universitas Indonesia. Selama dua minggu, peserta akan ujian di Jepang untuk masuk ke perguruan tinggi yang ia kehendaki.

LPDP, Beasiswa Unggulan Dikti untuk dosen tetap, Rispro untuk staf peneliti adalah beberapa beasiswa yang tersedia untuk studi ke Jepang. Ada juga beberapa beasiswa dari kampusnya. Banyak juga dari perusahaan, seperti Panasonic, Hitachi, Ajinomoto, dan lain-lain.

Karena budaya timurnya sangat kuat, orang Jepang sangat membantu sehingga memudahkan kita untuk studi di negara beribukota Tokyo tersebut.

Saat ini banyak masjid tumbuh di beberapa wilayah Jepang. Hal ini karena tidak adanya Islamophobia di Jepang. Mereka bahkan cenderung ingin tahu lebih banyak.

Mengenai makanan, mudah bagi masyarakat muslim untuk menjumpai makanan halal. Untuk lebih mudah, menurut Yudha, kita dapat memesan melalui toko Indonesia daring. Ada beberapa yang orang Indonesia yang menyediakan makanan atau bumbu-bumbu dan bahan makanan. Cita rasa pun tak jauh beda karena masih di wilayah Asia, menurutnya.


Syakirnf

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »