Sumber: Vivanews.com |
Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat. Biasanya, kebudayaan menjadi identitas diri sebuah
bangsa atau kelompok masyarakat. Hal-hal yang telah menjadi sebuah kebiasaan
juga dapat dikatakan sebagai budaya. Tentu hal ini memiliki nilai historisitas,
yakni bagaimana proses pembentukan kebiasaan tersebut sehingga bisa membudaya.
Budaya juga bisa bersifat personal. Misal, orang memiliki kebiasaan tepat waktu
datang kuliah. Hal tersebut menjadi budaya bagi dirinya. Alam juga memiliki
ikatan erat dengan budaya. Berdirinya rumah model panggung di Kalimantan karena
di daerah tersebut banyak rawa-rawa. Berbeda dengan Jawa yang tidak seperti
Kalimantan sehingga rumah penduduknya rata dengan tanah.
Kebudayaan baik akan melahirkan sebuah peradaban, yakni kemajuan
bangsa yang berkaitan dengan sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu
bangsa. Lahirnya peradaban juga dipengaruhi oleh kerajaan sebagai pemegang
kebijaksanaan dalam roda pemerintahan pada zaman dahulu. Agama juga memiliki
peran dalam peradaban bangsa, karena agama memiliki sistem dan hukum yang dapat
berpengaruh bagi kehidupan sebuah bangsa. Peradaban ini sangat berkaitan erat
dengan nasionalisme dan negara sebagai sebuah institusi publik.
Untuk mengungkap kebenaran hal tersebut, kita perlu melihat sejarah
zaman dahulu. Sejarah ini biasanya tercatat pada tulisan tangan dengan berbagai
versi aksara sesuai dengan di mana tulisan tersebut dibuat. Tulisan tersebut
biasa kita sebut dengan naskah kuno. Naskah kuno sebagai sumber
primer perlu diteliti lebih mendalam. Kita harus mampu mengklasifikasikan naskah
kuno yang akan kita teliti dengan analisis yang tepat.
Artefak sebagai benda kuno yang menjadi bukti
sejarah juga membantu mengungkap kebudayaan dan peradaban masa lampau. Artefak
ditemukan melalui penggalian arkeologi berupa alat yang menunjukkan kecakapan
kerja manusia pada zaman dahulu seperti perkakas dan senjata. Bahkan arsitektur bangunan pun bisa kita golongkan sebagai artefak,
seperti Borobudur. Artefak merupakan bagian dari teknologi yang mutakhir di zamannya.
Meskipun bukan sebuah naskah, tetapi artefak dapat membantu peneliti untuk
mengungkap peristiwa yang tercatat dalam naskah kuno tersebut.
Memahami naskah kuno dengan aksara daerah tentu memiliki kesulitan
tersendiri. Oleh karena itu, transliterasi sangat diperlukan sebagai bagian
dari langkah penelitian. Dalam penelitian ini, kita harus menggunakan metode yang tepat agar tidak salah dalam mengungkap kebenaran yang
dijadikan masalah dalam kajian kita. Menuju transliterasi itu, kita butuh pemahaman mendalam
mengenai ilmu bahasa, yakni linguistik.
Selain itu, kita juga butuh ilmu sastra sebagai modal untuk memahami naskah
yang biasanya bernilai sastra.
Naskah kuno sebagai bagian dari sumber primer itu sangat penting
dalam sebuah penelitian. Mengingat keakuratan data sangat dijamin karena berasal
langsung dari pelaku peristiwa. Meskipun penelitian berbasis sumber sekunder
juga baik, tetapi nilai keakuratannya berbeda, karena sumber sekunder tidak
merujuk langsung pada pelaku peristiwa, meskipun orang yang dijadikan sumber
itu merupakan saksi peristiwa.
Karena filologi memiliki basis dan objek khusus pada bahan-bahan
tertulis, maka naskah merupakan bagian inti dari filologi. Tanpa naskah, apa
yang bakal dikaji dan diteliti oleh filologi? Oleh karena itu, naskah menempati
posisi penting dalam kajian filologi.
Biasanya, naskah tersebut mengisahkan sebuah peristiwa,
obat-obatan, atau hal penting berkaitan dengan kerajaan. Hal itu menjadi
dokumentasi yang dapat menjadi bukti untuk mengungkap sejarah masa lalu.
Filologi sebagai ilmu tentang bagaimana memahami naskah-naskah kuno yang
tentunya dapat berguna untuk mengunkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah,
pengobatan-pengobatan yang mujarab, dan sebagainya, tentu akan mampu menjadi
jembatan masa lalu dengan masa sekarang untuk kemajuan peradaban bangsa di masa
mendatang.
Muhammad Syakir Niamillah
Ciputat, 17 September 2015